Ahmad,
Kau itu konyol, itu awal persepsiku. Tahukah?
Kau tanpa beban, pikirku kau gila. Mengertikah?
Kau menyebalkan, itu menggangguku. Fahamkah?
Kau begitu, buatku bingung mendefinisikan
Waktu ke waktu, makin giat pula usahamu mendekati daku.
Hari ke hari, kau buat daku biasa akan ulahmu.
Dan pada akhir,
Kau sukses buat daku nyaman dengan hadirmu
Ahmad, cinta pertamaku
Kau bawa daku dalam pelabuhanmu
Kau peluk hatiku, kau rengkuh daku
Kau ajar daku mengenal cintamu
Masa ke masa cinta makin menggelora
Dipupuk suka disiram kasih dan sayang
Hingga daku tersadar, tujuan daku belum usai
Ahmad, kekasihku
Sungguh terlonjak daku
Memandang realita yang tak seperti daku kira
Nyata telah bedanya. Tujuan kita tak sama
Daku hendak disini dan dikau hendakkan kita disana
Padahal khalayakpun tau,
Negeri ini sedang butuh orang-orang seperti kita
Ahmad, belahan hatiku
Maafkan hatiku yang tak sepenuhnya menerima maafmu
Cintaku mungkin boleh sama
Namun maaf. Daku masih kukuh mencinta bangsaku juga
Selayak anak pada ibunya
Pada pertiwi, dakupun hendakkan berbakti pula
Maafkan daku, Ahmad. Maafkan daku
Cinta kita dua frekuensi yang berbeda
Almahfudhoh Amaliatul U. (XII MIA)